Sabtu, 11 Oktober 2014

Pengusaha Tapi Tak Punya Uang Banyak # Terjun ke Bisnis Mal Karena ‘Celaka’



Karman Karim

Tidak sulit untuk bertemu Karman Karim. Ia selalu merespon siapa saja jika ingin bertemu dengannya. Sms maupun telepon, segera dibalas, seketika. Sederhana, supel dan cukup rendah hati sebagai sosok yang kebanyakan orang menganggap ‘bahwa ia kaya’. Walaupun, pria kelahiran Pinrang 19 Oktober 1958 ini menganggap ia hanya orang bisaa saja. Karman mengaku tak punya uang banyak untuk mewujudkan mimpinya, seperti membangun beberapa mal di Kota Palu. Sulit rasanya untuk diyakini bahwa Karman tak punya uang ketika membangun mal. Tapi kenyataanya, Mal Tatura Palu (MTP) bisa bertahan sampai sekarang sejak dibangun tahun 2005. Kemudian disusul lagi dengan kehadiran Palu Grand Mall (PGM) beberapa bulan lalu. 

Mimpinya besar, tapi hidupnya sederhana. Ia selalu berfikir untuk mewujudkan mimipimya, mempunyai aset besar triliunan rupuah. Mempekerjakan ratusan hingga ribuan orang dalam usaha yang ia bangun. Tapi taukah anda siapa sebenarnya Karman, sebelum ia terjun sepenuhnya di bisnis property untuk membangun pusat-pusat perbelanjaan modern. 

Rabu malam kemarin (8/10), wartawan koran ini bertemu Karman Karim di cafe Toragila milik anaknya di pelataran PGM, setelah membuat janji sehari sebelumnya. Karman bercerita panjang lebar tentang bagaimana ia berproses hingga jadi seperti sekarang ini. Untuk mengetahui lebih jauh, berikut petikan wawancaranya bersama Mohammad Sahril. 

Sebelum seperti sekarang ini, tentu anda melalui proses panjang untuk mewujudkan mimpi-mimpi besarnya?
Ia, itu pasti. Saya dulunya advokat. Jadi dari mudanya itu saya bermimpi untuk menjadi advokad, yang dikenal dan bisa membantu banyak orang. Saya menjadi advokad sekitar 25 tahun. Di tahun 1999, saya pindah ke Jakarta. Saya merasa mentok sudah berkarir di Palu. Ibarat pangkat seorang tentara, hanya jadi kolonel terus kalau kita bertahan di Palu. Di Jakarta, saya berfikir. Di Palu, saya jadi advokad, penasehat bagi orang-orang kaya. Di Jakarta, yang minta bantuan pikiran saya itu juga orang-orang kaya. Terakhir saya berfikir, saya lihat cara-caranya jadi orang kaya ini tidak sulit. Karena saya yang kasih mereka masukkan, tanggapan untuk menyelesaikan masalah-masalah mereka. Mereka jalankan, dan berhasil. Seharusnya saya juga bisa. 

Dari urusan hukum ke ekonomi, bisnis. Apa anda merasa tidak ada kesulitan?
Sebenarnya begini, orang hukum itu kerjanya bagaimana membantu orang keluar dari persoalan. Nah ternyata seperti yang saya ketahui, bisnis itu adalah kumpulan persoalan yang bisa diselesaikan secara cepat dan tepat, maka itu akan menjadi uang.  Misalnya sekarang, kau mau bangun mal dengan biaya Rp.150 miliar. Kan persoalan, karena tidak punya uang. Bagaimana kita pikirkan agar bisa punya uang sehingga mal besar ini bisa jadi? Dengan pengalaman bergulat dengan masalah, alhasil saya bisa menyelesaikan satu per satu, hingga mal ini bisa jadi. 

Anda tidak khawatir atau was-was dengan bisnis anda?
Apa yang dikhawatirkan. Saya merasa tidak punya apa-apa, sehingga tak takut kehilangan. Makanya saya berani melakukan hal-hal yang orang anggap gila sekalipun. Orang takut hilang itu, karena dia merasa punya. Saya ngga pernah punya, apa yang akan hilang?

Berpindah dari advokat ke bisnis tentu ada konsekwensi-konsekwensi yang harus diterima, bagaimana itu?
Saya beralih bukan karena ada masalah. Dengan menjadi advokad, saya tidak kurang uang. Satu jam bincang-bincang dengan klien, saya bisa dapat uang jutaan rupiah. Menyelesaikan perkara orang-orang kaya dengan nilai 10-20 miliar, bisa saja dalam dua tiga hari kita bernegosiasi, mereka sepakat berdamai, saya bisa dapat satu miliar. Uang ngga jadi masalah.

Kenapa anda memilih menjadi bisnisman?
Sebenarnya sederhana saja. Saya sempat berfikir untuk istirahat saja, karena rasanya semua sudah cukup. Untuk apalagi bekerja. Waktu itu usia saya sekitar 46 tahun. Cuman begitu pulang ke Palu, tiba-tiba pak walikota panggil untuk jadi direktur operasional Perusahaan Daerah. Saya pikir ini kesempatan, untuk menguji kemampuan saya. Saya pikir ini juga perusahaan daerah, karena saya tidak mau lagi cari uang. Saya anggap itu semacam pengabdian. Tapi saat itu Perusda dimulai dengan tidak ada modal. Saya waktu itu dengan pak Maman, direktur utamanya, cari uang sendiri untuk memulai gerakan Perusda. 

Dalam perjalanannya, pemerintah menganggap ini bisa dibiayai. Sementara dalam perjalanan saya di Perusda, tiba-tiba mal Tatura dianggap punya problem juga. Akhirnya saya diminta jadi direktur utama di mal Tatura. Saya terima tantangan itu, karena ada persoalan. Saya hobi dengan persoalan. Dan Alhamdulillah, terbukti  mal Tatura itu keluar dari masalah. Sampai sekarang dia sudah punya asset Rp.140 miliar. 

Yang paling berat masalah di mal Tatura waktu itu apa?
Saya begitu masuk, pelajari selama dua minggu, saya anggap tidak ada masalah yang berat. Itu bukan masalah sebenarnya. Kenapa orang lain menganggap itu masalah. Saya lihat bagus semua. Sistemnya dan manajemennya sudah ada.  Hanya yang saya harus lakukan adalah bagimana menutupi kebocoran. Saya pelajari lagi, dan tidak lama dapat soluasinya. 

Kalau dengan-dengar cerita di balik Mal Tatura itu, anda juga cukup berperan di awal-awal?
Saya tidak terlibat secara langsung. Teman saya, pak Maman dan pak Hidayat yang puny ide itu. Saya hanya benar-benar membantu saja. Tidak masuk dalam manajemennya. Makanya pas selesai, pak wali dan wawali minta saya tangani penuh saja mal itu. Saya langsung setuju, karena saya merasa dalam pekerjaan itu banyak sekali hal yang bisa dipelajari yang tidak dapat dinilai dengan uang. 

Di tahun itu, sekitar tahun 2005, tak banyak orang yang bermimpi akan ada sebuah mal di Palu. Tapi anda sudah memikirkannya dengan serius, bagaimana ceritanya?
Saya terlibat dalam pembangunan itu tapi bisa dikatakan hanya sebagai voluntir saja. Memang kebanyakan orang pesimis waktu itu. Bahkan ada yang berani bertaruh mau ‘potong tangan’. Saya menjadi lebih yakin, setelah banyak berdiskusi dengan mereka berdua. Alhamdulillah, mulai dari diskusi-diskusi dengan mereka, sampai mal itu berhasil dibangun, saya masih terlibat.

Setelah mal Tatura  jadi, ada wartwan senior, Alm. Nontji Haji Ali menulis berita dengan judul 3 orang gila membangun mal. Ini tulisan terbit 30 September 2006 saat mal Tatura diresmikan. Kami ada tiga orang kumpul-kumpul, saya, pak Hidayat dan pak Maman. Kami mau buka cafe, buntu mau pake nama apa, tiba-tiba ada wartawan yang nyeletup, “tulis saja, Toragila, tiga orang gila”. Akhirnya itu saja namanya. Kami tiga itu memang dianggap oleh wartwan adalah 3 orang gila.

Terus bagaimana dengan PGM ini?
Setelah selsai masalah di mal Tatura, saya dengar banyak sekali orang-orang yang bermohon mau bangun mal di Palu. Saya beritahu pak wali, bagaimana kalau dikasih saya saja, daripada ke orang lain. Pak wali bilang ambil uang darimana? Saya jawab santai, sudalah pak, Tuhan punya banyak uang. Kalau kita minta sama Tuhan, berapa besar pun Tuhan pasti kasih. Ya sudah, pak wali kasih izin. Begitu pak wali kasih izin, saya mulai cari teman. Kebetulan ada partner saya yang sejak awal sama-sama. Saya kasih tau dia, kita bangun mal dan saya yang akan mengelola. Saya yakinkan, ini bisa jadi dan saya yang tangani. Tapi terlepas dari semua itu, saya yakin ini bukan karena kemampuan, tapi kemauan Tuhan. Ini barang memang takdir, cuman memang ada upaya. 

Tadi bapak bilang, ada rencana mau istrahat saja karena sudah merasa cukup mapan di usia 46 itu. Ini masa mau terima tantangan lagi?
Ia, tapi ada cerita yang melatarbelakangi ini. Dulu saya pernah ketemu orang tua, dia kaya tapi sakit-sakitan. Saya bincang-bincang sama dia, saya bilang mau berhenti saja bekerja. Dia bilang jangan kau bunuh diri. Saya kaget. Dia cerita, karena dia berhenti bekerja sampe dia sakit. Siatuasinya sama. Tanpa bekerkja lagi, dia sudah tidak pusing. Uang masuk terus. Otaknya tidak berfikr lagi, fisiknya sudah tidak banyak bergerak, lebih banyak istirahat. Itu yang membuat dia sakit. Tapi itu saya belum percaya. 

Waktu di mal Tatura, saya anggap saya tidak bekerja lagi. Ibarat sebuah rel kereta, semuanya sudah tersedia, tinggal jalan saja. Siapa pun yang akan jadi direktur di mal itu, tidak pusing lagi. Karena sistemnya sudah ada, asal dia tidak keluar dari rel. Saya jadi santai-santai, tidak banyak mikir lagi. Akhirnya saya jatuh sakit. Kata dokter, tidak ada obatnya di Indonesia. Karena ada teman saya yang baik-baik, mereka yang atur semua biaya berobatnya. Selama 6 bulan, saya istirahat dan minum obat. Akhirnya sembuh. Dulu saya tidak bisa lama-lama aktifitas malam hari seperti sekarang ini. Nah saya ingat apa kata orang tua itu. Karena saya sudah alami.

Ada satu hal yang saya perhatikan, ketika anda sebagai advokat, bisa jadi itu adalah kesempatan bagi anda untuk membangun relasi. Bagaimana cara anda menjaga hubungan dengan klien?
Ketika saya menjadi advokat, saya membangun relasi dengan kepercayaan. Saya berani katakan bahwa saya bekerja dengan hasil 99 persen. Tidak mungkin seratus persen, karena hanya Tuhan yang sempurnah. Saya meyakinkan mereka dengan hasil pekerjaan. Ada satu hal yang saya mau pesan untuk anak-anak muda yang mau jadi pengusaha. Jangan pernah pikirkan uang. Karena begitu kau pikirkan uang, uang itu sama dengan merpati. Jinak-jinak merpati. Kalau didekati dia lari, didekati lagi, dia lari. Tapi begitu kau tidak perhatikan, dia datang sendiri.

Pengalaman seperti itu, apa contohnya?
Saya sudah ngalamin sekarang. Yang paling susah sekarang adalah bagaimana meyakinkan orang bahwa saya tidak punya uang. Tapi bagaimana orang bisa percaya, sementara ada yang bilang saya punya mal. Dan nantinya, ini sementara proses, saya akan bangun mal lagi di Poso. Karena saya punya target, dalam 5 tahun ini Insya Allah perusahaan yang saya pimpin sudah punya asset di atas Rp 1 triliun.  Tapi jangan disalahpahami bahwa 1 triliun itu uang besar. Bagi saya itu uang kecil kalau digunakan untuk membangun beberapa mal. Saya tidak butuh uang lagi. Sebab apa yang saya makan dan minum sudah cukup. Paling minum kopi satu gelas sehari, makan. Karena takut kolesterol, makan malam saya sudah batasi. Kan kalau sudah begitu, uang itu sudah tidak terpikirkan. Yang penting sekarang, kenapa saya sudah spesifikasi di mal, dan saya sudah menemukan resepnya  membangun mal tanpa uang. Suatu waktu nanti saya akan ceritakan dalam buku, bahwa membangun mal itu tak perlu uang. 

Tanpa uang, tapi bukan berarti anda tidak punya teman-teman yang bisa membantu? Bagimana anda meyakinkan orang atau teman-teman anda jika punya keinginan untuk membangun sesuatu, seperti mal misalnya.
Ini tidak mudah memang. Tapi saya tidak meyakinkan mereka secara langusung datang ke mereka. Mereka mengamati apa yang saya kerjakan. Selama menjadi advokat 25 tahun, boleh dikata hampir tidak ada klien yang kecewa. Saya bekerja maksimal, mereka lihat hasil kerja. Kalau ada klien, sudah sepakat saya bilang mari kita jalan. Saya tidak pernah katakana ke mereka bahwa saya harus digaji sekian, tidak ada patokan harga. Dan perlu diingat, supaya kau tidak kecewa, jangan terlalu berharap. Dan kalau kau mau memluai sesuatu, jangan dimulai sebelum selesai. 

Maksudnya?
Artinya, kalau kau sudah mulai bahwa kau yakin hal itu bisa selesai. Tapi itu dibangun dengan doa. Misalnya begini, saya mau bangun mal. Saya berdoa memohon sama Tuhan. Kita coba, anggaplah kita ngobrol sama Tuhan, tengah malam. Tuhan saya mau bangun mal. Tapi tolong Tuhan, karena saya tidak punya kekuatan. Kalau ini kau tidak bantu saya menjadikan sampai selesai dengan baik, halangi memang sebelum saya mulai memasang pondasi. Jadi tak ada ruginya, Tuhan sudah halangi ko’. Karena permintaan kita sama Tuhan itu, jangan pernah Tuhan izinkan saya untuk memulai, kalau Tuhan tudak menolong saya sampai saya menyelesaikan dan mempertahankan sampai semua berjalan baik. 

Jadi ketika Tuhan sudah mengizinkan saya untuk melakukan peletakan batu pertama, saya sudah itu anggap selesai. Kalau pun di tengah jalan ada problem, ini cuman perjalanan hidup saja. Karena Tuhan sudah mengizinkan saya untuk memulai, pasti tuhan bantu saya. Kalau ada orang bilang bahwa 99 persen itu adalah usaha, dan satu persennya adalah ketentuan Tuhan, kalau itu saya balik. 99 persen itu doa, hanya satu persen usaha. 

Anda sangat yakin betul dengan kekuatan Tuhan. Tentu anda punya pengalaman khusus tentang apa yang orang katakan sebagai spiritual experience?
Saya selalu menggantungakn diri pada Tuhan. Saya sakit, saya susah, semua saya gantungkan pada Tuhan harapan-harapan itu. Saya ditipu orang, saya ketawa-ketawa saja. Karena kalau saya ditipu 100 juta, saya yakin Tuhan akan menggantikan bisa sampai 700 kali lipat, karena itu janji Tuhan. 

Ada tidak pengalaman khusus, yang diluar campur tangan manusia?
Ada, banyak sekali. Misalnya begini; adakah yang mampu diyakinkan dengan logika jika kita mau membangun mal dengan biaya ratusan miliar, tanpa uang? Itu karena pertolongan Tuhan saja sehingga mal ini jadi. Kadang-kadang orang bilang; susah kita ini, situasinya sudah seperti telur di ujung tanduk. Saya bilang, kalau ada telur bisa diujung tanduk, itu telur sakti, tak usah takut. Kalau dia jatuh, saya tak takut. Karena sudah ada dua alternatif yang saya lakukan. Telurnya saya sudah masak, jadi sudah matang. Kemudian di bawah tanduk itu saya kasih kasur. Sehingga kalau dia jatuh, tidak terlalu parah. Masih bisa dimakan, kan sudah matang. Kenapa kita harus ragu dan takut? 

Jadi bisnis ini, harus banyak alternatifnya. Kalau sudah dimulai, harus sudah dipikirkan juga jalan keluarnya kalau ada masalah. Tapi kembali lagi pada soal spiritual tadi. Saya sangat yakin, dalam Islam ada namanya surat Ash-Sharh. Di situ dikatakan; Fa innama al usri yusran, Inna ma al usri yusran. Itu artinya, di balik satu masalah, ada dua jalan keluar. Itu janji Tuhan. Jadi kenapa kita mesti takut? Contoh nyata yang saya alami begini: banngunan PGM ini, dulu pas sudah mau selesai, sertifikatnya tiba-tiba hilang pas mau dibawa ke bank. Sudah setengah bulan dicari, tidak ketemu-ketemu. Sekretarisku pusing. Akhirnya saya berdoa kepada Tuhan. Kan memang ada doa untuk barang hilang. Di google ada itu. Saya coba lakukan waktu malam selama berturut-turut dua kali, dan Alhamdulillah berhasil. Besoknya, sekretarisku tiba-tiba senyum-senyum dengan senang hati mengatakan bahwa dia sudah temukan sertifikat itu. Saya juga hanya ketawa-ketawa. Dia bilang dia temukan hanya di atas dokumen-dokumen yang selama ini dia bongkar-bongkar. Saya bilang tidak perlu dipikirkan, itu sudah kuasa Tuhan.

Wah luar bisaa. Bagaimana caranya anda bisa yakin sekali?
Saya yakin karena memang terjadi. Tapi kan ini harus dilakukan dengan serius. Caranya, kurangi perbuatan dosa. Dan perbanyak memberi untuk orang yang membutuhkan. Tak usah ragu bahwa uangmu hanya sedikit, kalau perlu habiskan saja untuk bantu orang. Analoginya begini, kalau kau mau gelas kopimu selalu terisi, minum dan habiskan. Kalau kau tidak minum, sementara akan terus disisi, maka akan tumpah. Kan rugi, tak ada gunanya. 

Makanya tadi saya bilang, saya susah untuk meyakinkan orang bahwa saya tidak punya uang. Padahal memang saya tidak punya uang, karena kalau punya uang saya habiskan untuk bantu orang yang butuh. Saya tidak lagi ragu, kalau natinya saya sakit dan tak punya uang. Kan sudah terbukti, saya bisa berobat ke Singapura dan saya bisa sembuh kembali. Padahal saya tidak punya uang.

Sewaku anda bekerja sebagai advokat, ada tidak persoalan yang paling sulit? 
Hampir tidak ada yang sulit-sulit sekali. Saya beralih profesi, karena saya berfikir. Kalau saya hanya menjadi advokat, saya hanya membantu orang sedikit. Tapi kalau saya menjadi pengusaha, banyak orang yang saya bisa bantu. Memang saya tidak menggaji mereka secara langsung, tapi karena saya bangun mall, mereka mendapatkan lapangan pekerjaan. Kalau jadi advokat, semakin kita punya nama besar, klien-klien kita juga orang-orang besar. Kalau mereka diperiksa di kepolisian, pengadilan, otomatois kita juga ikut. Masa untuk orang besar yang kita minta mendampingi hanya bawahan. Kalau begini, saya tidak perlu masuk kantor selama satu bulan juga ngga apa-apa. Semua bisa dipantau lewat teknologi. Uang masuk bisa dikontrol lewat E-Banking. Kan enak..!

Oh ya, kenapa anda tertarik mau serius di mal?
Sebenarnya ini kecelakaan. Kan tiba-tiba saya di suruh ngurusin mal. Saya kan tidak mengerti bagaimana mengurus mal, awalnya. Karena saya sudah alami, ternyata mal ini dari uang sedikit bisa dapat uang besar. Dari tidak punya karyawan, bisa dapat seribu karyawan. Saya dibentuk dengan permasalahn di mal Tatura, saya pelajari, sehingga menimbulkan keyakinan bahwa mengurus mal itu mudah. Mudahnya apa, kita bikin mal, gunakan orang pintar. Saya bangun mal ini, saya ke Jakarta, cari konsultan yang ahli bikin mal. Saya bayar. Begitu jadi, saya cari orang yang pintar mengelola mal, saya bayar. Jadi saya hanya memikirkan, duduk-dukuk saja. 

Jadi saya tidak punya keahlian. Ini semua karena mal Tatura. Karena Tuhan mentakdirkan saya menyelesaikan maslah mal itu, saya anggap itu ‘sekolahnya’. Ya tentu harus dicoba yang lebih besar dari itu kan? Saya bikin yang tiga kali lipat, ternyata bisa. Nah, dengan adanya ini, Alhamdulillah saya sudah punya trust. Saya bilang mau bangun mal mereka respon. Orang-orang besar dan kaya itu banyak yang menghubungi saya. Jadi lagi-lagi ngga perlu uang. 

Apa anda benar-benar tidak lagi mau terlibat dalam dunia advokat?
Saya punya impian untuk membuat sebuah lembaga bantuan hukum. Advokat-advokat yang direkrut memang yang tidak terlalu mementingkan uang. Kita bayar mereka untuk membantu banyak orang yang tidak punya kemampuan untuk berurusan dengan hukum. 

Sebentar, anda ini memang dari keluarga orang kaya?
Bapak dan ibu saya dua-duanya guru di Pinrang. Tapi waktu saya sekolah SMP di Makassar, teman–teman bilang saya banyak uang.  Karena kalau ibu saya kasih uang jajan seribu rupian, untuk biaya satu bulan. Seribu rupian ini, saya beli kelapa dari Pinrang karena kelapa mahal di Makassar. Kebetulan ada keluarga yang punya truk-trum muat beras, saya titip kelapa itu sama mereka. Besoknya pas sampe di Makssar, saya jaul kelapa itu. Untungnya bisa dua kali lipat. Karena itu saya bisa traktir teman-teman di kantin. Mereka senang. Jadi memang dari dulu saya suka traktir orang-orang. Kalau lagi musim durian, mangga, rambutan, saya jual juga. Jadi kalau bisaanya saya mampir dengan penjual rambutan, saya bisa ngobrol-ngobrol dengan mereka. Karena memang dulunya saya juga menjalani pekerjaan itu. 

Berarti memang dari kecil sudah ada talenta untuk bisnis?
Iya sepertinya begitu. Ibu saya, sekolahkan saya di Palu waktu kuliah, yakin kalau saya bisa bertahan dengan talenta yang ada itu. Di masa saya jadi ketua Senat di fakultas hukum Untad, saya juga menerapkan hobi bisnis itu. Misalnya begini; waktu itu ada film yang bagus. Kami borong karcisnya dan kami jual ulang dengan sedikit selisih harga. Kami dapat untung lagi untuk menambah uang kas organisasi. Jadi waktu itu, saya bisa menutupi utang pengurus periode sebelumnya, dan menyisakan uang kas untuk periode berikutnya. Waktu kuliah di Jakarta juga, begitu. Saya punya teman orang-orang kaya banyak. Tapi mereka malas-malas. Kalau ada buku wajib untuk dibeli, saya mengambil kesempatan. Kumpulkan semua duit mereka dan saya yang belikan buku. Di pasar Senen kan banyak buku, kesana saya beli bukunya. Dengan selisih harga, saya tidak lagi beli buku, dan sudah dapat keuntungan juga. 

Apa tidak mengganggu hobi dagang anda dengan urusan kuliah saat itu?
Terganggu tapi bukan urusan dagang. Saya masih kuliah dulu sudah bisa jadi pengacara, bisa mendampingi kasus. Inilah yang membuat saya jadi harus pindah ke Jakarta karena tidak selesai di Untad. Saya pertama kali mendampingi kasus orang yang mau dikenakan hukuman mati. Saya dampingi dia, turun lapangan dan akhirnya berhasil lolos dia dari jeratan hukum, karena memang terbukti tidak melakukan pembunuhan berencana. Waktu pindah ke Jakarta, karena hobi dagang dan ngurus perkara masih jalan. Ibu saya bisaa saya kasih uang, dia marah. Katanya dia tidak mau uang, dia mau saya selesaikan kuliah. Karena saya akan jadi contoh bagi 7 orang adik-adik saya. Katanya; bagaimana adik-adikmu bisa selesai kuliah kalau kau belum selesai. Akhirnya saya juga bisa selesaikan kuliah.

Oke, yang terakhir, apa anda masih punya rencana mau bangun mal lagi?
Ia, masih ada beberapa lagi. Tapi baru Poso yang fiks. Karena kita sudah selesaikan urusan tanahnya. Satunya ada di Baturaja, daerah Sumatera. Di sana ada mal yang macet di tawarkan ke saya. Saya bilang, itu makanan saya. Untuk beberapa mal di Sulawesi lagi, saya belum berani umumkan, karena masih belum selesai urusan tanahnya.






4 komentar:

  1. Assalamualaikum wrb, saya mohon maaf kalau postingan saya menyinggung perasaan anda semua tapi saya lillahi ta’ala hanya mau menceritakan pengalaman pribadi saya saya berharap ada yang sama seperti saya.perkenalkan terlebih dahulu saya aini andari tinggal di Padang,dulu saya penjual kue keliling himpitan ekonomi yang membuat saya seperti ini,saya tidak menyerah dengan keadaan saya tetap usaha,pada suatu malam saya buka internet tidak sengaja saya lihat postingan seseorang yang sama seperti saya tapi sudah berhasil,dia dibantu oleh mbah bedjo tampa pikir panjang saya hubungi beliau saya dikasi pencerahaan dan dikasi solusi,awalnya saya tidak mau tapi sya beranikan diri mengikuti saran beliau,alhamdulillah berjalan lancar sekarang saya punya toko bangunan Jaya Abadi didaerah Padang,terimah kasih saya ucapkan pada mbah bedjo berkat beliau saya seprti ini,mungkin banyak orang yang menyebut saya mengada-ada tapi saya buktikan sendiri,khusus yang serius mau bantuan silahkan hub beliau mbah bedjo beliau orangnya baik ini nomor beliau 082316139285 atau ini pengalaman pribadi saya percaya atau tidak semua tergantung pembaca demi Allah ini nyata sekian dan terima kasih ,Assalamualaikum Wrb....allahuakbar....allahuakbar....allahuakbar

    BalasHapus
  2. semoga ilmu pak karman karmin bermanfaat buat saya dan orang lain dan mendapatkan pahala yang terus mengalir hingga akhir zaman, saya sangat terinspirasi dengan jawaban2 beliau.semiga saya bisa mengikuti jejak beliau amiiiinn

    BalasHapus
  3. semoga ilmu pak karman karmin bermanfaat buat saya dan orang lain dan mendapatkan pahala yang terus mengalir hingga akhir zaman, saya sangat terinspirasi dengan jawaban2 beliau.semiga saya bisa mengikuti jejak beliau amiiiinn

    BalasHapus