Kepala Dinas Kelaudan Perikanan Sulteng: Dr. Hasanuddin Ajo,
MP.
Setelah sukses melalui event nasional Hari Nusantara tahun
2013 lalu, Sulteng kembali meyakinkan pihak pemerintah pusat, untuk menggelar
event nasional, yang diyakini bisa berdampak pada multi sektor bagi pemerintah
daerah dan pusat. Sail Tomini, yang merupakan ajang promosi strategis bagi
Sulteng di sektor kelautan dan pariwisata, diyakini bisa meningkatkan keyakinan
bagi investor dan wisatawan di dua sektor tersebut. Sejak direncanakan pada
tahun 2011 silam, perjuangan panjang menuju Sail Tomini, dimana Sulteng akan
menjadi tuan rumah event bernuansa bahari tersebut, kini hampir menemui titik
terang. Kementrian Koordinator Kesejahteraa Rakyat (Menkokesra) mengaku sudah
menyurati sejumlah kementrian terkait, dan tinggal menunggu Kepres.
Sebegitu bergengsinya event tersebut, Kamis (18/9) kemarin
wartawan Palu Ekspres bertemu Kadis Kelautan Perikanan Sulteng, Dr. Hasanuddin
Atjo, MP, selaku inisiator event tersebut di daerah. Untuk jelasnya, berikut
petikan wawancaranya bersama Mohammad Sahril.
Bagaimana kabar terakhir perkembanagn Sail Tomini?
Sementara dalam proses menunggu Kepres. Terakhir dalam
keterangan Menko Kesra di hadapan Gubernur Longki di ruangan VIP bandara Sorong 24 Agustus kemarin,
mereka sudah membuat surat edaran ke Kementrian dan Lembaga, bahwa Sail tahun
2015 akan dilangsungkan di Provinsi Sulawesi Tengah. Jadi, kita akan menja tuan
rumah.
Oh ya, sebelum lebih jauh, bisa anda jelaskan sedikit tentang latar
belakang Sail ini?
Jadi begini, event Sail yang sudah dilaksanakan di beberapa
daeraha itu adalah inisiasi dari Dewan Kelautan Nasional. Sail terakhir
dilaksanakn di Raja Ampat Agustus kemarin. Karena inisiasinya oleh Dewan
Kelautan, maka leading sektornya di Kementrian Kelautan Perikanan (DKP). Perlu
diketahui, bahwa event ini gaungnya besar. Cakupan kegiatannya juga luas. Jadi
ada sekitar 14 kementerian yang terlibat di dalamnya, termasuk kementrian
Pekerjaan Umum. Ini terkait infrastruktur. Karena kaitannya bukan hanya pada
sektor kelautan, maka Menkokesra yang menjadi koordinator untuk mengkomunikasikan,
mengkoordinasikan kegiatan Sail ini.
Sumber anggarannya dari mana, dan berapa kira-kira alokasinya?
Dananya dari APBN. Ini kan digarap lintas kementrian, jadi
alokasi dananya itu ada di pos-pos anggaran masing-masing kementrian yang terlibat.
Karena itu, makanya dibutuhkan Kepres. Kalau Sail Raja Ampat kemarin, alokasi
dananya mencapai 1,5 Triliun. Itu hanya dilaksanakan di satu provinsi saja.
Kalau Sail Tomini ini, kegiatannya bukan hanya di Sulteng, tapi dua provinsi
tetangga kita, yang juga berada di pinggiran Teluk Tomini, yakni Gorontalo dan
Sulawesi Utara. Tapi kita yang taun rumah untuk acara puncaknya. Jadi kalau
nantinya akan dilaksanakan, tentu anggarannya lebih besar dari Raja Ampat.
Kalau nantinya ini dilaksanakan, berapa lama kegiatannya?
Seperti yang saya bialng
tadi, bahwa kegiatannya bukan hanya di Sulteng. Setelah Kepresnya ada, kita
langsung launcing tahun 2015, rangkaian kegiatannya dilaksanakan mulai dari
waktu launching, sampai pada puncak acaranya di bulan September. Jadi,
Gorontalo dan Sulawesi Utara itu juga membuat kegiatan-kegiatan dalam
rangkaiannya dengan Sail ini. Makanya gaungnya besar. Kita, sebagai tuan rumah,
mempunyai keistimewaan untuk pelaksanaan Sail ini, karena sebelumnya sudah
membuktikan kesuskesan event nasional tahun lalu, di Palu. Masih ingat kan,
Hari Nusantara tahun 2013 lalu?
Saya dengar bahwa Sail ini bukan hanya semata-mata untuk sektor
kelautan dan pariwisata. Adakah manfaat
lain selain di dua sektor itu?
Ini penting. Kita berharap, kegiatannya bukan hanya sekedar
seremoni. Selain menjadi media promosi sektor kelautan dan pariwisata kita,
event ini akan berdampak pada sektor lain. Terutama soal infrastruktur. Sarana
penunjang untuk pariwisata ini banyak. Soal jalan, rute untuk destinasi-destinasi
kita yang ada, sarana penunjang seperti rumah sakit dan lain sebagainya. Walaupun
sifatnya hanya momentual, tapi kita berpeluang untuk meningkatkan kesejahteraan
rakyat melalui pembangunan infrastruktur. Pusat akan melihat kondisi kelautan
dan pariwisata, serta kondisi ekonomi masyarakat kita. Momen ini yang bisa kita
manfaatkan untuk mendapatkan bantuan dana pemerintah pusat, melalui skema-skema
program mereka. Tidak menutup kemungkinan, ada investor yang tertarik
berionvestasi. Usulan kegiatan dan program yang bisa disinergikan diusulkan
dari kabupaten yang ada di wilayah pelaksanaan Sail.
Untuk sektor pariwisata kita, destinasi mana saja yang memungkinkan
untuk dijual?
Sudah jelas kita punya beberapa destinasi yang cukup
popular. Togean, Tanjung Karang, Danau Poso di Tentena dan beberapa lainnya,
akan berpeluang kita tingkatkan menjadi destinasi utama untuk turis
mancanegara. Dan tidak menutup kemungkinan, akan ada rute ke
destinasi-destunasi baru.
Apa menurut anda potensi alam kita sudah didukung dengan SDM-nya?
Untuk sektor pariwisata ini, pembangunannya tidak bisa
parsial. Harus secara holistik, menyeluruh di semua sektor. Untuk SDM-nya, kita
tidakk hanya membutuhkan promosi secara konvensional. Kita harus memberdayakan
potensi promosi itu mulai dari sopir-sopir taxi. Mereka, sebagai sales tak
resmi, harus bisa memberi informasi pariwisata secara baik. Bahkan mereka bisa
memberikan informasi tariff hotel, lama waktu perjalanan ke destinasi-destinasi
seperti ke Tanjung Karang, dan lain sebagainya. Mulai dari bandara, kita sudah
harus mencerminkan bahwa kota kita ini layak untuk dijadikan tujuan wisata. Begitu
juga dengan warga-warga kita yang ada di lokasi pariwisata. Mereka harus
diajarkan dengan baik bagaimana melayani tamu. Saya yakin, kita punya potensi
itu. Yang menjadi inti dari kegiatan berwisata ini kan, bagaimana kita mampu
menciptakan kesan baik. Wisatawan datang dan akan kembali lagi karena kesan
baik tadi.
Untuk sektor kelautan?
Ada hal yang menarik yang saya mau cerita. Teluk Tomini ini,
menjadi tempat pemijaan Ikan Sidat. Ikan Sidat yang orang sini bilang Sogili,
banyak di danau-danau kita. Ini besar potensinya. Di danau Poso ada, di Limboto
ada, di Tondano juga ada. Bukan hanya di danau, di sungai-sungai besar kita
yang bermuara di Teluk Tomini, juga menjadi habitat ikan ini. Pada saat musim
bertelurnya, ikan-ikan Sidat ini akan turun ke laut, ke Teluk Tomini. Yang
menarik, setelah masa pemijahan, ketika induknya mati, anak-anak sidat ini akan
kembali ke habitat mereka masing-masing. Yang dari Danau Poso ke Tentena, yang
dari Tondano ke Tondano, begitu juga yang dari danau Limboto. Ini adalah momen
paling menantang bagi ikan-ikan itu. Mereka harus berjuang dari seleksi alam,
menantang arus dari muara ke hulu sungai. Begitulah siklus hidupnya. Soal
potensi produktifitas dan kandungan nilai proteinnya, tidak usah ditanya. Ikan
ini pasarnya ekspor. Ke Jepang, Korea dan negara-negara Asia lainnya. Kita
tidak pernah sepi pembeli. Nah, kalau cerita tadi bisa dikemas dengan baik
dalam momen ini, saya pikir ini akan menjadi nilai tambah.
Kalau coba kita bandingkan dengan dengan Sail-sail yang lain. Raja
Ampat Misalnya, apa yang beda?
Apa yang beda dan apa yang menjadi keunggulan kita? Saya mau
jelaskan begini. Soal potensi, kita punya banyak. Posisi kita di tengah garis
equator, menjadikan wilayah ini strategis untuk pengembangan sejumlah
komoditas, terutama rumput laut. Karang kita ini paling beragam jenisnya dari
destinasi-destinasi lain di dunia untuk diving. Pada kedalaman 20 meter, kita
bisa melihat langsung terumbu karang dari permukaan laut. Kamu pernah ke
Togean? Kalau kamu kesana, kamu akan buktikan sendiri pernyataan saya ini. Kamu
pernah ke Parigi Moutong, di Kecamatan Sinei? Di sana ada tugu garis
katulistiwa. Itu sebagai simbol yang menunjukkan bahwa kita berada di
tengah-tengah garis edar matahari. Hanya ada bebrapa daerah yang punya tugu
semacam itu. Tapi untuk memastikan titik tengahnya, tugu yang ada di Sinei
itulah titik tengahnya. Tangal 23 September besok, titik tengahnya akan kelihatan
pas. Jadi kalau kamu berdiri tepat di posisi tugu itu pukul 12 siang, bayangamu
tidak kelihatan.
Kemarin saya ikut gubernur ke Sail Raja Ampat. Kita akui
bahwa mereka sudah lama dikenal. Promosi mereka sudah mendunia. Tapi soal
infrastruktur, kita lebih baik, kita lebih maju. Sarana akomodasinya, seperti
hotel-hotel, masih terbatas. Karena promosinya baik, maksimal, makanya banyak
pengunjung.
Rancangan acara kegiatannya bagaimana, apa yang membuat Sail ini
menarik?
Dalam rancangan acara
sementara, Kabupaten Parigi Moutong ditetapkan sebagai tempat pelaksanaan
puncak acara Sail. Kota Palu sebagai pintu masuk dan pusat akomodasi, serta
tempat penyelenggaraan beberapa seminar,
temu bisnis dan ekspo. Kabupaten Tojo Unauna dengan Kepulauan Togeannya,
menjadi lokasi pusat acara pesta dan lomba kebaharian. Selanjutnya, beberapa
kabupaten di kawasan selat Makassar-Laut Sulawesi; kawasan teluk Tomini dan
kawasan teluk Tolo, akan disinggahi oleh kapal Yacht, sejenis Perahu Layar yang melaksanakan Rally yacht dunia. Route Rally Yacht masuk dari Nunukan-Malaysia
menuju Tolitoli, kemudian ke Kwandang-Gorontalo dilanjutkan ke Bunaken-Sulawesi
Utara, menuju ke Kota Mubago-Sulawesi Utara, selanjutnya ke Gorontalo di teluk
Tomini. Dari Gorontalo ke Kepulauan Togean,
selanjutnya ke tempat acara puncak di Parigi.
Dari Parigi, rombongan Rally akan singgah di Poso, Ampana, Pagimana,
Banggai, Banggai Kepulauan, Banggai
Laut, Maluku dan terus ke Australia. Di
setiap tempat persinggahan, rombongan akan menginap 1-3 malam dengan sejumlah
agenda yang akan disiapkan. Tentunya
rancangan acara ini sifatnya masih sementara dan sangat terbuka peluang untuk
disempurnakan.
Nah, sekarang apa yang sudah dan akan dilakukan?
Seperti saya bilang tadi, kita masih menuggu Kepres. Sambil
menunggu ini, segala persiapan harus dilakukan. Termasuk upaya promosi dan
sosialisasi. Sosialisasi ini bersifat kedalam. Untuk warga kita sendiri.
Sementara promosi, itu ke luar, untuk memastikan banyak orang yang datang pada
acara Sail.
Sejauh ini apa ada masalah terkait hal itu?
Saya tidak mau bilang ini masalah, tapi ini tantangan.
Kenapa? Kita tahu bahwa image Sulteng
ini sebagai daerah bekas konflik masih tertanam di pikiran orang laur, baik
mereka itu investor maupun wisatawan. Ini yang mestinya diminimalisir. Gubernur
kita sering bilang di setiap acara di luar untuk menanggapi wacana itu. Beliau
bilang bahwa; “Jangan sampai pikiran kalian hanya sebagai frame layar televisI
saja. Sulteng itu luas dan punya potensi”. Nah inilah yang kita akan buktikan
lagi. Tahun lalu, dengan Hari Nusantara, buktinya kita aman-aman saja. Tidak
ada rebut-ribut seperti yang dikhawatirkan orang luar. Ini juga saya pikir akan
menjadi momentum bagi Sulteng, dalam membangun keyakinan para investor dan wisatawan,
bahwa Sulteng ini daerah yang kondusif. Punya potensi SDA yang besar, dan layak
untuk tujuan investasi dan pariwisata.
0 komentar:
Posting Komentar