Sabtu, 11 Oktober 2014

SAIL TOMINI 2015: Momentum untuk Menggait Investor dan Wisatawan



Kepala Dinas Kelaudan Perikanan Sulteng: Dr. Hasanuddin Ajo, MP.

Setelah sukses melalui event nasional Hari Nusantara tahun 2013 lalu, Sulteng kembali meyakinkan pihak pemerintah pusat, untuk menggelar event nasional, yang diyakini bisa berdampak pada multi sektor bagi pemerintah daerah dan pusat. Sail Tomini, yang merupakan ajang promosi strategis bagi Sulteng di sektor kelautan dan pariwisata, diyakini bisa meningkatkan keyakinan bagi investor dan wisatawan di dua sektor tersebut. Sejak direncanakan pada tahun 2011 silam, perjuangan panjang menuju Sail Tomini, dimana Sulteng akan menjadi tuan rumah event bernuansa bahari tersebut, kini hampir menemui titik terang. Kementrian Koordinator Kesejahteraa Rakyat (Menkokesra) mengaku sudah menyurati sejumlah kementrian terkait, dan tinggal menunggu Kepres.
Sebegitu bergengsinya event tersebut, Kamis (18/9) kemarin wartawan Palu Ekspres bertemu Kadis Kelautan Perikanan Sulteng, Dr. Hasanuddin Atjo, MP, selaku inisiator event tersebut di daerah. Untuk jelasnya, berikut petikan wawancaranya bersama Mohammad Sahril.

Bagaimana kabar terakhir perkembanagn Sail Tomini?
Sementara dalam proses menunggu Kepres. Terakhir dalam keterangan Menko Kesra di hadapan Gubernur Longki  di ruangan VIP bandara Sorong 24 Agustus kemarin, mereka sudah membuat surat edaran ke Kementrian dan Lembaga, bahwa Sail tahun 2015 akan dilangsungkan di Provinsi Sulawesi Tengah. Jadi, kita akan menja tuan rumah.

Oh ya, sebelum lebih jauh, bisa anda jelaskan sedikit tentang latar belakang Sail ini?
Jadi begini, event Sail yang sudah dilaksanakan di beberapa daeraha itu adalah inisiasi dari Dewan Kelautan Nasional. Sail terakhir dilaksanakn di Raja Ampat Agustus kemarin. Karena inisiasinya oleh Dewan Kelautan, maka leading sektornya di Kementrian Kelautan Perikanan (DKP). Perlu diketahui, bahwa event ini gaungnya besar. Cakupan kegiatannya juga luas. Jadi ada sekitar 14 kementerian yang terlibat di dalamnya, termasuk kementrian Pekerjaan Umum. Ini terkait infrastruktur. Karena kaitannya bukan hanya pada sektor kelautan, maka Menkokesra yang menjadi koordinator untuk mengkomunikasikan, mengkoordinasikan kegiatan Sail ini.

Sumber anggarannya dari mana, dan berapa kira-kira alokasinya?
Dananya dari APBN. Ini kan digarap lintas kementrian, jadi alokasi dananya itu ada di pos-pos anggaran masing-masing kementrian yang terlibat. Karena itu, makanya dibutuhkan Kepres. Kalau Sail Raja Ampat kemarin, alokasi dananya mencapai 1,5 Triliun. Itu hanya dilaksanakan di satu provinsi saja. Kalau Sail Tomini ini, kegiatannya bukan hanya di Sulteng, tapi dua provinsi tetangga kita, yang juga berada di pinggiran Teluk Tomini, yakni Gorontalo dan Sulawesi Utara. Tapi kita yang taun rumah untuk acara puncaknya. Jadi kalau nantinya akan dilaksanakan, tentu anggarannya lebih besar dari Raja Ampat.

Kalau nantinya ini dilaksanakan, berapa lama kegiatannya?
Seperti yang saya bialng  tadi, bahwa kegiatannya bukan hanya di Sulteng. Setelah Kepresnya ada, kita langsung launcing tahun 2015, rangkaian kegiatannya dilaksanakan mulai dari waktu launching, sampai pada puncak acaranya di bulan September. Jadi, Gorontalo dan Sulawesi Utara itu juga membuat kegiatan-kegiatan dalam rangkaiannya dengan Sail ini. Makanya gaungnya besar. Kita, sebagai tuan rumah, mempunyai keistimewaan untuk pelaksanaan Sail ini, karena sebelumnya sudah membuktikan kesuskesan event nasional tahun lalu, di Palu. Masih ingat kan, Hari Nusantara tahun 2013 lalu?

Saya dengar bahwa Sail ini bukan hanya semata-mata untuk sektor kelautan  dan pariwisata. Adakah manfaat lain selain di dua sektor itu?
Ini penting. Kita berharap, kegiatannya bukan hanya sekedar seremoni. Selain menjadi media promosi sektor kelautan dan pariwisata kita, event ini akan berdampak pada sektor lain. Terutama soal infrastruktur. Sarana penunjang untuk pariwisata ini banyak. Soal jalan, rute untuk destinasi-destinasi kita yang ada, sarana penunjang seperti rumah sakit dan lain sebagainya. Walaupun sifatnya hanya momentual, tapi kita berpeluang untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat melalui pembangunan infrastruktur. Pusat akan melihat kondisi kelautan dan pariwisata, serta kondisi ekonomi masyarakat kita. Momen ini yang bisa kita manfaatkan untuk mendapatkan bantuan dana pemerintah pusat, melalui skema-skema program mereka. Tidak menutup kemungkinan, ada investor yang tertarik berionvestasi. Usulan kegiatan dan program yang bisa disinergikan diusulkan dari kabupaten yang ada di wilayah pelaksanaan Sail.

Untuk sektor pariwisata kita, destinasi mana saja yang memungkinkan untuk dijual?
Sudah jelas kita punya beberapa destinasi yang cukup popular. Togean, Tanjung Karang, Danau Poso di Tentena dan beberapa lainnya, akan berpeluang kita tingkatkan menjadi destinasi utama untuk turis mancanegara. Dan tidak menutup kemungkinan, akan ada rute ke destinasi-destunasi baru.

Apa menurut anda potensi alam kita sudah didukung dengan SDM-nya?
Untuk sektor pariwisata ini, pembangunannya tidak bisa parsial. Harus secara holistik, menyeluruh di semua sektor. Untuk SDM-nya, kita tidakk hanya membutuhkan promosi secara konvensional. Kita harus memberdayakan potensi promosi itu mulai dari sopir-sopir taxi. Mereka, sebagai sales tak resmi, harus bisa memberi informasi pariwisata secara baik. Bahkan mereka bisa memberikan informasi tariff hotel, lama waktu perjalanan ke destinasi-destinasi seperti ke Tanjung Karang, dan lain sebagainya. Mulai dari bandara, kita sudah harus mencerminkan bahwa kota kita ini layak untuk dijadikan tujuan wisata. Begitu juga dengan warga-warga kita yang ada di lokasi pariwisata. Mereka harus diajarkan dengan baik bagaimana melayani tamu. Saya yakin, kita punya potensi itu. Yang menjadi inti dari kegiatan berwisata ini kan, bagaimana kita mampu menciptakan kesan baik. Wisatawan datang dan akan kembali lagi karena kesan baik tadi.

Untuk sektor kelautan?
Ada hal yang menarik yang saya mau cerita. Teluk Tomini ini, menjadi tempat pemijaan Ikan Sidat. Ikan Sidat yang orang sini bilang Sogili, banyak di danau-danau kita. Ini besar potensinya. Di danau Poso ada, di Limboto ada, di Tondano juga ada. Bukan hanya di danau, di sungai-sungai besar kita yang bermuara di Teluk Tomini, juga menjadi habitat ikan ini. Pada saat musim bertelurnya, ikan-ikan Sidat ini akan turun ke laut, ke Teluk Tomini. Yang menarik, setelah masa pemijahan, ketika induknya mati, anak-anak sidat ini akan kembali ke habitat mereka masing-masing. Yang dari Danau Poso ke Tentena, yang dari Tondano ke Tondano, begitu juga yang dari danau Limboto. Ini adalah momen paling menantang bagi ikan-ikan itu. Mereka harus berjuang dari seleksi alam, menantang arus dari muara ke hulu sungai. Begitulah siklus hidupnya. Soal potensi produktifitas dan kandungan nilai proteinnya, tidak usah ditanya. Ikan ini pasarnya ekspor. Ke Jepang, Korea dan negara-negara Asia lainnya. Kita tidak pernah sepi pembeli. Nah, kalau cerita tadi bisa dikemas dengan baik dalam momen ini, saya pikir ini akan menjadi nilai tambah.

Kalau coba kita bandingkan dengan dengan Sail-sail yang lain. Raja Ampat Misalnya, apa yang beda?
Apa yang beda dan apa yang menjadi keunggulan kita? Saya mau jelaskan begini. Soal potensi, kita punya banyak. Posisi kita di tengah garis equator, menjadikan wilayah ini strategis untuk pengembangan sejumlah komoditas, terutama rumput laut. Karang kita ini paling beragam jenisnya dari destinasi-destinasi lain di dunia untuk diving. Pada kedalaman 20 meter, kita bisa melihat langsung terumbu karang dari permukaan laut. Kamu pernah ke Togean? Kalau kamu kesana, kamu akan buktikan sendiri pernyataan saya ini. Kamu pernah ke Parigi Moutong, di Kecamatan Sinei? Di sana ada tugu garis katulistiwa. Itu sebagai simbol yang menunjukkan bahwa kita berada di tengah-tengah garis edar matahari. Hanya ada bebrapa daerah yang punya tugu semacam itu. Tapi untuk memastikan titik tengahnya, tugu yang ada di Sinei itulah titik tengahnya. Tangal 23 September besok, titik tengahnya akan kelihatan pas. Jadi kalau kamu berdiri tepat di posisi tugu itu pukul 12 siang, bayangamu tidak kelihatan.
Kemarin saya ikut gubernur ke Sail Raja Ampat. Kita akui bahwa mereka sudah lama dikenal. Promosi mereka sudah mendunia. Tapi soal infrastruktur, kita lebih baik, kita lebih maju. Sarana akomodasinya, seperti hotel-hotel, masih terbatas. Karena promosinya baik, maksimal, makanya banyak pengunjung.

Rancangan acara kegiatannya bagaimana, apa yang membuat Sail ini menarik?
Dalam rancangan  acara sementara, Kabupaten Parigi Moutong ditetapkan sebagai tempat pelaksanaan puncak acara Sail. Kota Palu sebagai pintu masuk dan pusat akomodasi, serta tempat penyelenggaraan beberapa  seminar, temu bisnis dan ekspo. Kabupaten Tojo Unauna dengan Kepulauan Togeannya, menjadi lokasi pusat acara pesta dan lomba kebaharian. Selanjutnya, beberapa kabupaten di kawasan selat Makassar-Laut Sulawesi; kawasan teluk Tomini dan kawasan teluk Tolo, akan disinggahi oleh kapal Yacht,  sejenis Perahu Layar  yang melaksanakan Rally yacht dunia.  Route Rally Yacht masuk dari Nunukan-Malaysia menuju Tolitoli, kemudian ke Kwandang-Gorontalo dilanjutkan ke Bunaken-Sulawesi Utara, menuju ke Kota Mubago-Sulawesi Utara, selanjutnya ke Gorontalo di teluk Tomini.  Dari Gorontalo ke Kepulauan Togean, selanjutnya ke tempat acara puncak di Parigi.  Dari Parigi, rombongan Rally akan singgah di Poso, Ampana, Pagimana, Banggai, Banggai  Kepulauan, Banggai Laut, Maluku dan terus ke Australia.  Di setiap tempat persinggahan, rombongan akan menginap 1-3 malam dengan sejumlah agenda yang akan disiapkan.  Tentunya rancangan acara ini sifatnya masih sementara dan sangat terbuka peluang untuk disempurnakan.  

Nah, sekarang apa yang sudah dan akan dilakukan?
Seperti saya bilang tadi, kita masih menuggu Kepres. Sambil menunggu ini, segala persiapan harus dilakukan. Termasuk upaya promosi dan sosialisasi. Sosialisasi ini bersifat kedalam. Untuk warga kita sendiri. Sementara promosi, itu ke luar, untuk memastikan banyak orang yang datang pada acara Sail. 

Sejauh ini apa ada masalah terkait hal itu?
Saya tidak mau bilang ini masalah, tapi ini tantangan. Kenapa? Kita tahu  bahwa image Sulteng ini sebagai daerah bekas konflik masih tertanam di pikiran orang laur, baik mereka itu investor maupun wisatawan. Ini yang mestinya diminimalisir. Gubernur kita sering bilang di setiap acara di luar untuk menanggapi wacana itu. Beliau bilang bahwa; “Jangan sampai pikiran kalian hanya sebagai frame layar televisI saja. Sulteng itu luas dan punya potensi”. Nah inilah yang kita akan buktikan lagi. Tahun lalu, dengan Hari Nusantara, buktinya kita aman-aman saja. Tidak ada rebut-ribut seperti yang dikhawatirkan orang luar. Ini juga saya pikir akan menjadi momentum bagi Sulteng, dalam membangun keyakinan para investor dan wisatawan, bahwa Sulteng ini daerah yang kondusif. Punya potensi SDA yang besar, dan layak untuk tujuan investasi dan pariwisata.









0 komentar:

Posting Komentar