Tadi ketika
anda bicara di forum, sempat menyinggung ingin ekspnasi ke Palu, jika
pemerintahnya siap. Bagaimana, apa memang sudah ada rencana sebelumnya yang
matang?
Belum. Kalau
di Ambon sudah. Kan saya harus melihat potensi galangan kapal apa bisa dibangun
disini. Potensi itu secara geografis seperti apa, dan lautnya itu bentuknya seperti apa? Lahan juga
sangat penting. Yang kedua tenaga kerja. Lingkungan industry itu kan harus
mendukung industrinya. Industry itu harus didukung oleh skill, pekerja yang
mempunyai skill. Setelah itu baru workers.
Tenaga kerja ini jumlahnya juga harus cukup. Dan kalau industrinya dibangun
jauh dari kota, tidak bisa. Coba bayangkan kalau industrinya dibuat di luar
kota, tarnsportasinya kan juga susah. Lalu pemukiman. Pemukiman itu harus
tersedia air tawar, ada perumahan yang harus dekat, dan infrastrukur lain untuk
pekerja. Kemudian jalan dan listrik. Ini sangat penting. Kalau membangun
industr listriknya mati-hidup, mati hidup, kan susah. Di Kota Palu katanya
begitu. Ya ngga bisa, siapkan dulu infrastrukturnya. Jalan harus kuat dengan
bobot yang bisa dilewati container puluhan ton. Sebab besi-besi plat itu kan
beratnya puluhan ton. Kalau jalannya tidak didesain untuk lingkungan industry,
ya rusak dong jalannya.
Trus ownernya.
Maksudnya, tidak mungkin dia dari Jakarta, trus pabriknya di Palu. Tentu harus
sama-sama Sulawesi dong! Terus supplier. Ini juga penting. Ini kan industri,
harus ada supporting industrinya. Untuk pabrik galangan kapal, harus ada bengkel-bengkel
bubut, las, dan bengkel-bengkel kecil yang mendukung. Kalau tidak ada, ya ngg
tumbuh industrinya.
Selain itu?
Kalau aspek
lokasi dan teknis lain sudah memenuhi, lalu perbangkan. Perbangkan mau ngga
kerjasama? Yang berikutnya adalah dukungan dari pemerintah daerah. Pemda itu
sangat penting, jangan diam saja lalu hanya menikmati. Dia harus siapkan
infrastrukturnya. Termasuk tenaga kerja yang harus dipersiapkan. Anak-anak muda
yang harus diajari dulu. Dilatih, di sertifikasi. Kan ngga mungkin para nelayan,
beralih profesi menjadi tenaga erja di industri.
Oke,
sebenarnya Pemda kami sudah punya perencanaan industry itu. Bapak pernah dengar
KEK, Kawasan Ekonomi Khusus? Nanti kebijakan ini akan bisa memenuhi permintaan
kalangan industriawan itu. Cuman infrastrukturnya belum cukup. Dalam diskusi
tadi, bahwa ini harus disubsidi.
Ya ia. Itu
urusan Pemda. Jangan diam saja Pemda. Di sini kan punya logistik. Ada tambang,
ada minyak, gas, hasil pertanian, tadi dibilang ada hasil hutan dan lain
sebaginya. Lalu harus ada pelabuhan dan punya kapal. Bayangkan, dia kuasai tiga
modal ini sudah cukup. Tinggal nanti dia mau distribusikan kemana logistik itu.
Misalnya Pemda Palu dan Bitung
kerjasama, masing-masing menanggung biaya untuk infrastruktur. Ini akan sama-sama
menguntungkan. Kalau itu terjadi, kita bisa menguasai dari hulu sampai hilir.
Katanya kita kaya, harus berbuat dong. Malaisya saja memiliki kebun sawit di
Sumatera bisa, kenapa kita tidak bisa punya pelabuhan di Jakarta?
Kalau
kondisinya begitu, berpeluang dong anda membuka usaha di sini?
Oh iya, pasti.
Jadi saya itu punya cita-cita mengembangkan usaha perkapalan di Indonesia
Timur. Sebab galangan kapal di Indonesia Timur itu hanya IKI. Dimana lagi coba,
di Kandari kecil. Hanya kapal-kapal 20-30 ton. Kami ribuan ton, besar. Jadi
kami bikin Caraka Jaya, bikin kapal gede-gede.
Kalau seandainya nanti industry itu muncul di sini, saya gampang saja masuk.
Infrastruktur sudah tersedia, nanti fifty –fifty, pemda berapa kita berapa.
Jadi secara asset, milik pemda-milik kita juga. Nanti persyaratannya kita atur,
bisa bagi hasil. Direktur utamanya kita misalnya. Direktur keuangannya pemda.
Atau kita semua, nanti komisarisnya pemda.
Berarti memang
ada rencana itu?
Ia, memang
ada. Tapi tadi, empat syarat itu harus dipenuhi. Kalau itu ada, pasti jalan.
Tapi saya melihat kapal aja ngga ada ko’. Bagaiamana industri mau berkembang.
Jadi short shipping harus ada. Mo
kirim barang memang bisa hanya lewat darat? Kan lama, belum lagi kendala macet
di jalan atau bencana longsor. Kalau pake kapal kan sekali angkut. Kalau pake
truk, bisa ribuan truk yang dipakai.
Kalau Ambon
gimana?
Dengan Ambon
sudah jalan sih. Cuman dulu itu bukan milik IKI, tapi milik DPS, Dok Perkapalan
Surabaya. Dengan dia, karena ngg serius, sekarang sahamnya turun. Ini peluang
untuk saya ambil alih. Jadi DPS yang sedang drop tadi, saya mau ambil, saya mau
beli sahamnya. Kan sama-sama BUMN, jadi ngga terlalu ribet, hanya seperti dari kantong
kiri ke kantong kanan. Kalau ini sebelum akhir tahun sudah beres sama pak
menteri, ya sudah, itu milik saya. Jadi nanti saya mayoritas, dia minoritas.
Kalau di Palu,
bisa ngga diberlakuakan kerjasama join venture untuk industry ini?
Bisa. Nanti
kerjasamanya pemda bisa sediakan lahan, saya persiapkan peralatan dan
fasilitasnya. Nanti hasilnya bisa dibagi. Ngga perlu dikhawatirkan, kami kan
BUMN. Beda dengan swasta, akan lain lagi ceritanya.
Apa alasan
yang paling mendasar anda punya perencanaan untuk investasi di Sulteng?
Ini kan daerah
tumbuh. Ada minyak dan gas, ada juga
tadi saya dengar hasil hutan, dan bahan tambang. Ini kan menunjukkan logistik
ada di sini. Lalu pelabuhan akan dibangun di sini. Sekarang harus dikaji ulang,
kenapa hasil-hasil komoditas kita diangkut lewat darat. Kalau pun pakai kapal,
lewat pelabuhan luar. Bukan Sulawesi Tengah. Pemerintah harus bangun pelabuhan.
Tidak usah terlalu besar, yang penting harus ada komoditas yang bisa
dikeluarkan dari sini.
Berarti ada
kemungkinan untuk masuk Palu?
Ia, kalau di
Ambon gagal, saya aan ke Palu. Tapi lagi-lagi tetap saya akan mempertimbangkan
syarat-syarat tadi bisa terpenuhi.
0 komentar:
Posting Komentar