Selasa, 04 November 2014

Berencana Ekspansi Industri di Kawasan Timur Indonesia # Jika Memungkinkan, Juga akan masuk ke Palu


Dua minggu lalu Bandung Bismono datang ke Palu. Ia diundang untuk berbicara dalam acara Rembuk Nasional, yang digagas Lembang 9 Institute bersama beberapa lembaga non pemerintah asal Jakarta. Karena pembicaraan saat itu mengenai kemaritiman dan potensi SDA, ia menyempatkan waktu seharian untuk berbagi cerita, sekaligus ‘curhat’ tentang kondisi dunia perkapalan di tanah air. Usai makan siang setelah sesi satu pada acara rembuk tersebut, Arsitek Perkapalan jebolan Institute Teknologi 10 Novenber Surabaya (ITS) ini meluangkan waktu untuk wartawan Palu Ekspres, sekedar berbincang tentang rencana perusahaan yang ia pimpin. Duduk santai di sofa di salah satu sudut lobby hotel Mercure, Bandung Bismono, Direktur Industri Kapal Indonesia (IKI)  bercerita santai namun penuh semangat. Untuk mengetahui lebih jauh isi pembicaraannya, berikut petikan wawancaranya bersama Reporter Mohammad Sahril dan Fotografer, Ananda Rioeh. 

Tadi ketika anda bicara di forum, sempat menyinggung ingin ekspnasi ke Palu, jika pemerintahnya siap. Bagaimana, apa memang sudah ada rencana sebelumnya yang matang?

Belum. Kalau di Ambon sudah. Kan saya harus melihat potensi galangan kapal apa bisa dibangun disini. Potensi itu secara geografis seperti apa,  dan lautnya itu bentuknya seperti apa? Lahan juga sangat penting. Yang kedua tenaga kerja. Lingkungan industry itu kan harus mendukung industrinya. Industry itu harus didukung oleh skill, pekerja yang mempunyai skill. Setelah itu baru workers. Tenaga kerja ini jumlahnya juga harus cukup. Dan kalau industrinya dibangun jauh dari kota, tidak bisa. Coba bayangkan kalau industrinya dibuat di luar kota, tarnsportasinya kan juga susah. Lalu pemukiman. Pemukiman itu harus tersedia air tawar, ada perumahan yang harus dekat, dan infrastrukur lain untuk pekerja. Kemudian jalan dan listrik. Ini sangat penting. Kalau membangun industr listriknya mati-hidup, mati hidup, kan susah. Di Kota Palu katanya begitu. Ya ngga bisa, siapkan dulu infrastrukturnya. Jalan harus kuat dengan bobot yang bisa dilewati container puluhan ton. Sebab besi-besi plat itu kan beratnya puluhan ton. Kalau jalannya tidak didesain untuk lingkungan industry, ya rusak dong jalannya. 

Trus ownernya. Maksudnya, tidak mungkin dia dari Jakarta, trus pabriknya di Palu. Tentu harus sama-sama Sulawesi dong! Terus supplier. Ini juga penting. Ini kan industri, harus ada supporting industrinya. Untuk pabrik galangan kapal, harus ada bengkel-bengkel bubut, las, dan bengkel-bengkel kecil yang mendukung. Kalau tidak ada, ya ngg tumbuh industrinya.

Selain itu?

Kalau aspek lokasi dan teknis lain sudah memenuhi, lalu perbangkan. Perbangkan mau ngga kerjasama? Yang berikutnya adalah dukungan dari pemerintah daerah. Pemda itu sangat penting, jangan diam saja lalu hanya menikmati. Dia harus siapkan infrastrukturnya. Termasuk tenaga kerja yang harus dipersiapkan. Anak-anak muda yang harus diajari dulu. Dilatih, di sertifikasi. Kan ngga mungkin para nelayan, beralih profesi menjadi tenaga erja di industri.  

Oke, sebenarnya Pemda kami sudah punya perencanaan industry itu. Bapak pernah dengar KEK, Kawasan Ekonomi Khusus? Nanti kebijakan ini akan bisa memenuhi permintaan kalangan industriawan itu. Cuman infrastrukturnya belum cukup. Dalam diskusi tadi, bahwa ini harus disubsidi.

Ya ia. Itu urusan Pemda. Jangan diam saja Pemda. Di sini kan punya logistik. Ada tambang, ada minyak, gas, hasil pertanian, tadi dibilang ada hasil hutan dan lain sebaginya. Lalu harus ada pelabuhan dan punya kapal. Bayangkan, dia kuasai tiga modal ini sudah cukup. Tinggal nanti dia mau distribusikan kemana logistik itu. Misalnya Pemda Palu  dan Bitung kerjasama, masing-masing menanggung biaya untuk infrastruktur. Ini akan sama-sama menguntungkan. Kalau itu terjadi, kita bisa menguasai dari hulu sampai hilir. Katanya kita kaya, harus berbuat dong. Malaisya saja memiliki kebun sawit di Sumatera bisa, kenapa kita tidak bisa punya pelabuhan di Jakarta?

Kalau kondisinya begitu, berpeluang dong anda membuka usaha di sini?

Oh iya, pasti. Jadi saya itu punya cita-cita mengembangkan usaha perkapalan di Indonesia Timur. Sebab galangan kapal di Indonesia Timur itu hanya IKI. Dimana lagi coba, di Kandari kecil. Hanya kapal-kapal 20-30 ton. Kami ribuan ton, besar. Jadi kami bikin Caraka Jaya, bikin kapal gede-gede. Kalau seandainya nanti industry itu muncul di sini, saya gampang saja masuk. Infrastruktur sudah tersedia, nanti fifty –fifty, pemda berapa kita berapa. Jadi secara asset, milik pemda-milik kita juga. Nanti persyaratannya kita atur, bisa bagi hasil. Direktur utamanya kita misalnya. Direktur keuangannya pemda. Atau kita semua, nanti komisarisnya pemda.

Berarti memang ada rencana itu?

Ia, memang ada. Tapi tadi, empat syarat itu harus dipenuhi. Kalau itu ada, pasti jalan. Tapi saya melihat kapal aja ngga ada ko’. Bagaiamana industri mau berkembang. Jadi short shipping harus ada. Mo kirim barang memang bisa hanya lewat darat? Kan lama, belum lagi kendala macet di jalan atau bencana longsor. Kalau pake kapal kan sekali angkut. Kalau pake truk, bisa ribuan truk yang dipakai.
Kalau Ambon gimana?

Dengan Ambon sudah jalan sih. Cuman dulu itu bukan milik IKI, tapi milik DPS, Dok Perkapalan Surabaya. Dengan dia, karena ngg serius, sekarang sahamnya turun. Ini peluang untuk saya ambil alih. Jadi DPS yang sedang drop tadi, saya mau ambil, saya mau beli sahamnya. Kan sama-sama BUMN, jadi ngga terlalu ribet, hanya seperti dari kantong kiri ke kantong kanan. Kalau ini sebelum akhir tahun sudah beres sama pak menteri, ya sudah, itu milik saya. Jadi nanti saya mayoritas, dia minoritas.

Kalau di Palu, bisa ngga diberlakuakan kerjasama join venture untuk industry ini?

Bisa. Nanti kerjasamanya pemda bisa sediakan lahan, saya persiapkan peralatan dan fasilitasnya. Nanti hasilnya bisa dibagi. Ngga perlu dikhawatirkan, kami kan BUMN. Beda dengan swasta, akan lain lagi ceritanya.

Apa alasan yang paling mendasar anda punya perencanaan untuk investasi di Sulteng?

Ini kan daerah tumbuh. Ada minyak dan gas, ada juga tadi saya dengar hasil hutan, dan bahan tambang. Ini kan menunjukkan logistik ada di sini. Lalu pelabuhan akan dibangun di sini. Sekarang harus dikaji ulang, kenapa hasil-hasil komoditas kita diangkut lewat darat. Kalau pun pakai kapal, lewat pelabuhan luar. Bukan Sulawesi Tengah. Pemerintah harus bangun pelabuhan. Tidak usah terlalu besar, yang penting harus ada komoditas yang bisa dikeluarkan dari sini.

Berarti ada kemungkinan untuk masuk Palu?


Ia, kalau di Ambon gagal, saya aan ke Palu. Tapi lagi-lagi tetap saya akan mempertimbangkan syarat-syarat tadi bisa terpenuhi.   

0 komentar:

Posting Komentar