Senin, 29 Agustus 2011

Gila

Pernah sekali sekelumit pikiran pendek datang menyelimuti hati dan otak ini. Mula-mula sebentar saja. Namun jika diseriusi ternyata bisa juga. Mula-mula bertamu, dan harus dipastikan bahwa hanya dia sendiri di kantor itu. Dimulai dengan bercerita tentang hal sederhana dan tak menarik, kemudian mengeluarkan sebilah pisau atau sejenisnya. Yang teringat jelas saat itu adalah cuter merah, yang biasa digunakan memotong kertas.

Dengan matanya yang baru, aku yakin betul kalau dilekatkan di kulit dan ditarik, akan mempercepat terjadinya luka robek, menganga dan menyemburkan dara segar. Dan setelah luka terjadi, korban pun harus berteriak kesakitan dan kemudian perlahan mengakhiri hidupnya di atas kursi putar hitam yang di pegangannya diletakan handuk putih.

Tertegun sejenak tanpa sesal. Dan melakukan hal yang sama pada urat nadi di lengan sebelah kiri. Dengan harapan semuanya akan berakhir. Dan orang lain datang keesokan harinya menemukan kami, yang berlumuran darah kering karena angin yang keluar dari AC tepat di belakang kursi, dimana korban sering menghabiskan harinya bekerja dan melayani para tamu-tamu penting.

Tapi bisa juga ada dari pihak keluarga korban, yang mencoba menelpon ke handphone milik korban karena khawatir kalau sesore itu, korban belum berada di rumah tanpa kabar. Keluarga korban datang ke kantor dan menemukan kami dalam keadaan tak bernyawa lagi.

Namun sebelum itu terjadi, aku sudah menulis surat tentang rencana gila ini agar dibaca para keluarga atau kerabat lainnya. Dan mereka akan bertanya-tanya, 'begitu mudahnya orang melakukan semua itu'. Namun saya tak lupa menuliskan lagi pada bait terakhir, agar kami dikubur berdekatan. Di mana pun tempatnya.

Aku mau semua orang bertanya kenapa, dan bagaimana?

Atau kalangan jurnalis akan menulisnya di koran harian mereka, bukan hanya memberitakan perkara saat kejadian, namun juga  mengungkap kenapa hal itu harus terjadi.

Untung saja pemikiran itu tak terlaksana, karena terang begitu cepat datang mewarnai hati dan pemikiran ini.

Palu (Maaf lupa waktunya)

0 komentar:

Posting Komentar