Senin, 29 Agustus 2011

A Rare Day


Perlahan kuremas gas motorku. Satu, dua, tiga. Hingga posneling ke empat dudukanku tetap stabil. Radio di HP ku tetap on. Lagu-lagunya bagus, meskipun tak semuanya dihapal. Perlahan dan pasti kutinggalkan rumah. Tak biasanya aku tersenyum-senyum seperti pagi ini. Walupun tak menggunakan kaca lebar, spion motorku cukup membantu mengembalikan percaya diriku, dengan tampilan jadul.

Harus ku akui kalau aku memang sedang bahagia. Beberapa kantor yang kuperhatikan dari atas motor terlihat lengang. Padahal aku berencana memantau aktifitas pegawainya di hari pertama kerja setelah libur panjang kemarin. Sampai di kantor yang biasa ku tongkrongi, juga lengang. Hanya beberapa pegawai hilir mudik yang tak tau dengan kesibukkan apa. Senyumku tetap terjaga, rapi dan tulus tanpa paksaan. Sesekali senyum itu ku lemparkan ke orang-orang ketika berpapasan denganku.

Tak berhasil. Tak satupun orang yang akan kutemui berada di kantor itu. Aku lalai mencaritahu jadwal mereka. “Oh lagi keluar kota mas,” kata seorang pegawai saat kutanya. Aku kembali ke koridor sambil menatap tajam ke arah jalan. Lagi-lagi aku tersenyum-senyum, walau ku tahu hari ini aku tak mungkin menulis berita lebih dari satu. Aku masih bertanya-tanya. Apa gerangan akan terjadi. Kuputuskan untuk ke kantor lebih awal. “Halo semua, selamat sore, selamat bekerja,” sapaku kepada semua orang di ruang redaksi. Kubuka leptop dan mulailah aku mengetik.

Taktakatakatakatktktkttktkt, finish.
Semuanya lancar, mengalir tanpa hambatan.

Ada sebuah release yang diberikan teman, lalu ku ketik lagi.
Taktaktaktktktkttktk, selesai.
Tetap selancar tadi.

Tapi aku tetap bertanya-tanya. Kenapa aku seperti ini. Bahagia sekali. Kenapa ya aku bahagia seperti ini. padahal tak ada yang istimewa dari hari ini. Semua biasa-biasa saja. Tapi aku terus tersenyum. Setibanya di rumah, aku pun menyetel televisi. Acaranya tak bagus-bagus amat, tak ada yang istimewa. Tapi aku tetap bahagia. Kuambil ponselku dan kukirimkan sebuah pesan pendek kepada seorang sahabat yang sedang terbaring di ranjang rumah sakit. Ku uraikan semua kejadian siang tadi. Tak berapa lama pesan pendek pun ku terima. Ia membalas pesanku. “Alhamdulillah. It’s a rare day” katanya lewat SMS.

Sahril, Palu 8 Oktober 2010.


0 komentar:

Posting Komentar